Laman

Jumat, 12 Agustus 2011

The Super Girl 2

Apa yang terjadi setelah Rani menceritakan semuanya pada Mia? Apakah Mia yang merupakan sahabat barunya itu bisa menjaga rahasia tentang perdebatan Rani dan Selfi? Hmm.. Tak perlu menunggu terlalu lama,, kita langsung aja ke ceritanya..

       Hari-hari berlalu, dan kelas yang kutempati masih saja membosankan. Masih ada yang melamun, ketiduran, atau bergumam-gumam tak jelas. Dan kelas yang ditempati Selfi tentu saja (masih) selalu ramai dengan anak-anak yang seru.
"Ran, besok aku tunggu di rumah. Jangan lupa bawa cemilan, ya?" Kata Mia sambil tersenyum.
"Oke, jangan khawatir." Jawabku sambil berlalu. Hmm.. Mia anak yang cukup baik, setidaknya dia tak mudah salah paham seperti si Selfi. Aku akrab dengan Mia segera setelah konflikku dengan Selfi muncul,jadi.. belum terlalu lama aku menjadi sobatnya.

        Siang datang. Panas. Lelah. Pusing. Semuanya bercampur jadi satu di siang ini. Apalagi dengan kejadian tak menyenangkan pagi tadi, semakin menambah lengkap kebencianku pada hari ini. Jadi, untuk menyegarkan pikiran, aku tak langsung pulag, melainkan ikut dengan gerombolan gadis-gadis jalanan yang sudah jadi sahabatku sejak 2 minggu belakangan. Tahukah kalian mengapa aku mau berteman dengan anak-anak kumuh ini? Yang pasti bukan karena aku ingin jadi seperti mereka, tapi... aiihh, rasanya nyaman sekali bersama gadis-gadis yang tidak sombong, ramah, dan bersahabat seperti mereka. Jelas berbeda dengan teman-teman sekolahku yang jaga gengsi, pilih-pilih teman, dan sombong!
"Rani, hari ini kau punya cerita apa untuk kami? Dan ilmu apa lagi yang kau dapat? Kumohon, ceritakan semuanya pada kamiiii." Pinta Emi.
"Emi, tentu saja aku punya banyak cerita seru untuk kalian. Aku juga dapat beberapa pengetahuan menarik yang bisa kalian pelajari. Hmm.. Ini dia, buku baru yang kubeli kemarin untuk kalian, aku membelinya dengan uang tabunganku. 1 buku Sains kelas 5, 1 buku Matematika kelas 5, dan 4 buku tulis tebal untuk kalian. Dan... Eh, omong-omong, aku membawa 2 buku yang aku gunakan sewaktu SD kelas 6, 1 buku Bahasa Inggris, dan 1 buku IPS." Aku menjelaskan panjang lebar.
"Wah.. Tebal sekali.. Aku belum pernah membaca buku setebal ini.. Berapa harga semua buku ini?"  Tanya Yuli dengan mulut ternganga. Tentu dia begitu gembira bisa belajar lagi.
"Tak perlulah kalian menanyakan itu. Yang penting kalian bisa belajar. Bukankah kalian berempat putus sekolah saat kelas 3?"
"Ya. Tapi ini buku kelas 5 dan 6. Padahal, kami putus sekolah saat kelas 3... Tentu saja kami tak bisa memahami apa yang dibicarakan dalam buku ini. Lalu, bila tidak keberatan, kamu mau mengajari kami? Kami pasti akan sangat bersemangat dalam belajar."
"Tentu. Untuk apa aku sekolah jika aku tak mau membagi ilmuku? O, ya, omong-omong, berapa sisa uang kalian? Apa kalian tidak ingin menabung sebagiannya?" Tanyaku dengan penuh harap. Aku ingin sekali mereka punya cita-cita dan semangat untuk menggapainya. Kasihan, mereka anak yatim semua, hanya hidup dengan ibu yang pekerjaannya pun tak jelas. Dan mereka pun menggeleng demi menjawab tawaranku. Aku sedih, jelas. Emi, gadis manis bersuara merdu yang dikhianati nasib. Ayahnya bercerai dengan ibunya sewaktu dia masih berumur 8 tahun. Dia pun putus sekolah dan banting tulang membantu ekonomi keluarganya, sekaligus berharap-harap agar adiknya yang sekarang duduk di bangku kelas 4 SD tidak putus sekolah seperti dirinya. Lalu, ada si Kembar Yuli dan Yola yang juga ditolak mentah-mentah oleh dewi Fortuna. Mereka yatim piatu dan tinggal dengan Pipit yang hanya diasuh oleh ayahnya saja, karena ibunya telah meninggal sejak Pipit berusia 4 tahun. Mereka bertiga bertetangga dengan Emi. Jadi, rasanya kejam sekali bila aku sebagai anak dari keluarga yang berkecukupan tak mau membantu mereka.

        Matahari semakin kejam membakar bumi. Keringatku yang sejak tadi bercucuran sampai membuat seragam biru-putihku basah. Tapi tak apa, karena senyuman gadis-gadis di depanku ini selalu men-charge energi dan semangatku.
"Rani, kami berterima kasih sekali padamu. Jarang ada orang kaya yang memperhatikan kami. Apalagi memperhatikan masa depan kami... Nyaris tak ada." Ungkap Yola. Aku pun tersenyum. Betapa indah saat-saat seperti ini. Tiba-tiba aku teringat sesuatu.
"Hmm... Kawan-kawanku, aku ingat bahwa kemarin dan hari ini aku tidak memakai uang sakuku sama sekali. Jadi ada uang dua puluh ribu rupiah di tasku. Lebih baik ini untuk kalian. Kalian lebih butuh daripada aku."
"Terimakasih, Ran." Kata empat gadis itu bersamaan.
"Sama-sama. Aku pulang dulu, ya. Aku takut ibuku khawatir dan mencari-cariku. Daa Daa." Aku melambaikan tangan pada mereka.
"Daaa..."

         Di rumah, aku langsung merebahkan diri ke kasur dan melihat kotak masuk di handphone-ku. Ada pesan dari Mia. Dia bilang : Hai, Ran. Aq tadi abiz dari toko alat-alat masak 'n nemuin kertas iklan. Ternyata besok jam 10 pagi ada lomba masak di depan Kantor Desa. 'N bagi yg blum daftar, boleh kok daftar besok. Aq pikir kamu bakal ikutan, kan kamu pinterrr masak?.
 Lomba masak? Asyik juga. Apa si Bengal Selfi juga mau unjuk gigi lagi setelah kekalahannya di lomba sebelumnya? Tak perlu berfikir lama-lama. Aku pasti ikut.
"Hei, Rani, kamu belum mandi sore, kan? Cepat mandi! Ayah dan Mama mau ke pestanya Tante Rika." Seru Mama dari balik pintu.
"Iya, Mama."
"Cepat, ya. Mama tunggu di mobil."
"Sip." Aku pun segera mnyambar handuk dan mandi dengan cepat.
"Mamaaaa.. Aku sudah siap."
"Ya, cepatlah. Tante Rika nanti terlalu lama menunggu. Ayah, sudah lengkap, kan, barangnya?"
"Sudah, Ma. Ok. Kita berangkat." Ayah menjalankan mobil dengan cepat, seperti biasa.

           Sesampainya di rumah Tante Rika yang mewah. Aku masuk bersama Mama dan Ayah dengan tersenyum kompak pada Tante. Tante membalas senyum kami dan mempersilahkan kami menikmati acara. Wow, rumah yang benar-benar mewah. Seandainya Yuli, Yola, Emi, dan Pipit diajak ke pesta ini.. pasti mereka akan sangat senang dan melupakan sejenak masalah hidup mereka yang tak kunjung selesai. Aku (yang sedari tadi tak sabar ingin melihat-lihat) langsung nyelonong pergi ke tempat makanan disajikan. Kelihata lezat sekali. Lalu, aku pun mencobanya satu per satu dan.... Loh? Siapa anak yang bersalaman dengan Tante Rika itu? Sepertinya aku kenal. Apa mungkin dia..?? Apa urusannya kemari?? Membuat kesal saja!!



bersambung.......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Don't Forget Comment!!!